Online

Mengenal Rare Angon dan Budaya Layang Layang di Bali

Sejarah dan Budaya Bali June 20, 2023
bali-home-immo-mengenal-rare-angon-dan-budaya-layang-layang-di-bali

Yang Perlu Anda Ketahui tentang Layang-layang di Bali

 

Menerbangkan layang-layang di Bali menandai puncak musim kemarau ketika angin bertiup kencang. Selama musim ini, para pelayang (sebutan untuk penghobi layang-layang) mulai menerbangkan layang-layang mereka yang telah menjadi bagian dari budaya Bali selama ratusan tahun. Para penghobi ini juga sering disebut sebagai Rare Angon. Cari tahu lebih lanjut tentang layang-layang di Bali di artikel ini:

 

Sejarah Layang-layang di Bali

 

Di Bali, orang-orang menyebut kegiatan menerbangkan layang-layang sebagai "melayangan", dan ini sangat erat kaitannya dengan kisah kuno Rare Angon. Rare Angon dipercaya sebagai Dewa Layang-layang dalam budaya Bali. Legenda mengatakan bahwa selama musim layang-layang atau setelah panen, Rare Angon turun ke bumi. Dia membawa seruling, yang ia mainkan untuk memanggil angin.

 

aRMHh0QJK_OxpNTVp-Mb1BujibCT2SoE0uahoqpUbS8wHEIirXy5oXHdZmNndWlOYgbga6Ql0FGL0Q0nDDoGuPWqRo-08gnver7SP53aWEsYF9BsrLNCt1nJ8BI-PxGd6jIDcg6T24_tC_bKkDKe7Ds

Rare Angon adalah siapa saja yang antusias membuat dan menerbangkan layang-layang di Bali.

Foto dari Canva

 

Terlepas dari kisah mitos tersebut, menerbangkan layang-layang merupakan kegiatan yang populer di kalangan petani dan anak gembala setelah musim panen. Mereka memanfaatkan waktu ini untuk menerbangkan layang-layang di sawah yang baru saja ditebang sambil merawat hewan ternak mereka.

 

Istilah "Rare Angon" dapat diartikan sebagai anak gembala. Hal ini dengan sempurna menggambarkan konteks budaya di mana tradisi ini berkembang, dengan anak-anak yang memainkan peran sebagai gembala saat bermain layang-layang.

 

Berbagai Bentuk Layang-layang di Bali

 

Masyarakat Bali memiliki tradisi yang kaya dalam menciptakan berbagai jenis layang-layang. Layang-layang ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk tradisional utama di Bali. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat Bali juga telah merangkul pendekatan yang bebas dan kreatif, membuat layang-layang dalam bentuk mobil, kapal, dan bahkan karakter populer dan tokoh-tokoh publik dalam bentuk 3D. Meskipun kemungkinannya tidak terbatas, kami akan fokus pada tiga jenis tradisional yang sering dibuat untuk kompetisi:

 

Bebean

 

Layang-layang bebean, yang dinamai dari kata "ikan" dalam bahasa Bali (be), dibuat dalam bentuk ikan. Layang-layang ini memiliki kepala, badan, kaki, dan kepes (juga dikenal sebagai gleber), yang merupakan potongan kain seperti bendera di sisi kanan dan kirinya. Dalam ukuran yang lebih besar, layang-layang bebean juga dapat menggabungkan elemen suara yang disebut guwangan.

 

Guwangan terdiri dari tongkat kayu tipis yang diikat dengan pita plastik atau rotan, membentuk struktur setengah lingkaran. Ketika angin bertiup, plastik atau pita tersebut akan menghasilkan suara yang berbeda.

 

aPeEheP3G6Cfbeqtw9EO2ZPntDsYUVO1dcEuMiV0oZ5bLUpL5Z3L3DgGvKL9p00k2uda62rbHrDgOpj__n_adtgBuI83K75_HXf_2cgDiHQEXyjqNfPnKgc_7SqvaqzRBe4x-pX5YUpXadiINy83S1Y

Bebean adalah varian layang-layang tradisional Bali yang berbentuk ikan.

Foto dari Canva

 

Selama kompetisi, para juri menilai layang-layang bebean berdasarkan ngelognya, yang mengacu pada gerakan kiri dan kanan yang harmonis. Selain itu, kombinasi warna, bentuk kepala, badan, kaki, kipasan kepes, dan suara guwangan juga menjadi faktor penting dalam penilaian.

 

Setiap daerah memiliki gaya dan ciri khas layang-layang bebean yang unik. Contoh dari gaya ini termasuk gaya Badung, Denpasar, dan Sanur.

 

Janggan

 

Janggan, yang berarti "naga", berasal dari bentuk kepala naga yang dipasang di ujung layang-layang. Layang-layang ini mudah dikenali karena ekornya yang sangat panjang. Ketika kami mengatakan panjang, maksud kami benar-benar panjang. Rata-rata, layang-layang Janggan memiliki panjang sekitar puluhan hingga seratus meter. 

 

Fcdg3gG1m4WPY4x7z6F249CqAq9v0ZuFbFerQ_CQzUUYT8a4Facy4kducQmrKdEv4u22PMpPKyYqMnNULZ-ebHrE2SQOOKen3Ob1gutJarvYrZD5NJyfAZc9EBNMC6jymCNomrzoDVicOXs-jN3_KeA

Layang-layang Janggan adalah yang paling ditunggu-tunggu di Festival Layang-layang Bali.

Foto dari Canva

 

Namun pada tahun 2016, sebuah layang-layang Janggan yang diberi nama “Naga Raja” mencetak rekor dengan lebar sayap 11,3 meter dan total panjang yang menakjubkan yaitu 250 meter, atau setara dengan seperempat kilometer. Beratnya juga tidak kalah mencengangkan, mencapai 707 kg atau 0,7 ton. 

 

Tidak mengherankan jika Naga Raja membutuhkan bantuan dari banyak kendaraan untuk mengangkut komponennya ke lokasi terbang, serta ratusan orang mulai dari proses lepas landas, manuver di udara, dan menurunkannya. Layang-layang megah ini terakhir kali menghiasi langit pada tahun 2019, dan banjar yang membuat layang-layang ini memutuskan untuk menghentikan sementara layang-layang ini hingga waktu yang tak ditentukan.

 

Pecukan

 

Layang-layang pecukan adalah layang-layang yang paling sederhana dibandingkan dengan layang-layang tradisional lainnya. Namun, meskipun sederhana, proses pembuatan layang-layang ini adalah yang paling rumit karena membutuhkan keseimbangan yang sangat tepat di kedua sisi layang-layang. Tidak sembarang orang atau undagi (pembuat layang-layang) dapat membuat layang-layang jenis Pecukan ini.

 

7XrOmqjVpvPis5XXXEBOrugQjGU7HDwfxlZz-mCTQNzT9mJRD2NSAWy7RavDTMO1vOMjOC_CSnTZaKRyoYianC_5U3thO_6n0Sus0CLWLhFFchW6aDFv7GOttM8Si47a5gJGEAGt1XihgPlQPK4oLOk

Layang-layang Pecukan lebih sederhana dalam penampilan namun memiliki permintaan paling banyak dalam pembuatannya.

Foto oleh Budiadyana di denpasarnow.com

 

Bentuk layang-layang pecukan ini sekilas mirip dengan daun dengan ujung yang mencuat. Menerbangkan layang-layang pecukan juga membutuhkan tingkat keahlian tertentu. Orang yang memegang layang-layang (nunjuk) harus memiliki insting yang tajam terhadap kekuatan angin, sebab layang-layang ini sangat sensitif terhadap hembusan angin, sehingga perlu tingkat fokus yang tinggi saat menerbangkannya.

 

Festival Layang-layang Bali

 

Bali Kite Festival adalah acara yang sudah mendapat pengakuan internasional. Event ini biasanya diadakan oleh pemerintah kota Denpasar atau berbagai komunitas layang-layang dan seni di Bali. Festival layang-layang ini biasanya diadakan di daerah Sanur, terutama di Padanggalak atau Pantai Mertasari, karena kedua tempat ini memiliki kondisi angin dan ruang yang paling ideal. Dengan kesuksesan yang luar biasa dan antusiasme yang terus meningkat selama bertahun-tahun, Belega Layang-Layang Club (BALAC) telah memutuskan untuk mengikuti tren festival layang-layang ini dan menyelenggarakan acara serupa di Gianyar pada tanggal 22-23 Juli 2023.

 

Tim yang berpartisipasi dalam festival ini biasanya diwakili oleh berbagai sekaa (komunitas layang-layang) dan banjar (organisasi masyarakat adat) dari berbagai daerah di kota tempat layang-layang ini diadakan. Sungguh menakjubkan melihat besarnya jumlah tim-tim ini, dengan perkiraan 70-80 orang dalam satu tim, masing-masing memiliki tanggung jawab yang berbeda. Mulai dari manajemen logistik, menangani gamelan (alat musik tradisional), membawa bendera, dan tentu saja menerbangkan layang-layang.

 

kpXVo-lnCw0cL_2aOchSUKS5sW70xtN-KHInjImQ8xXL6OCV6kH_XDhlFhZ2lY7DnuvN07dQkihORJF6GPnClV0ibLcW-lVSfC5A_pIurBH_uO_rh7ZNtGo_H540Z1o68QaU8N3FYLuULaxrpsdYfE8

Festival Layang-layang Bali di Pantai Mertasari, Sanur.

Foto oleh Johannnindito Adisuryo di Wikimedia Commons

 

Sebelum dan sesudah layang-layang diterbangkan, sebuah upacara ritual dilakukan untuk menyucikan layang-layang dan memanjatkan doa atau mantra sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Bahkan ketika layang-layang melayang di angkasa, pembacaan doa-doa terus berlanjut, diiringi dengan suara merdu gamelan baleganjur.


 

Kesimpulannya, seni menerbangkan layang-layang di Bali lebih dari sekedar kegiatan rekreasi; ini adalah cerminan yang semarak dari warisan budaya yang kaya di pulau ini. Ini adalah bukti dari kreativitas, keterampilan, dan tradisi yang mengakar dari masyarakat Bali. Jadi, saat Anda mengunjungi Bali lagi, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan keindahan layang-layang yang menakjubkan di Bali. Salam Rare Angon

Share This Article

Mengenal Rare Angon dan Budaya Layang Layang di Bali

Table of Content

Topic Tags